Pemerintah Republik Indonesia secara resmi mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi mulai 1 Juli 2025. Keputusan ini diumumkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam konferensi pers di Jakarta. Harga Pertalite yang sebelumnya dijual seharga Rp10.000 per liter kini naik menjadi Rp12.500 per liter, sementara Solar subsidi naik dari Rp6.800 menjadi Rp8.300 per liter.

Kenaikan ini, menurut pemerintah, merupakan bagian dari kebijakan penyesuaian subsidi yang lebih tepat sasaran serta upaya menjaga stabilitas fiskal negara. Menteri ESDM menjelaskan bahwa subsidi energi yang selama ini bersifat terbuka dinilai tidak adil karena banyak dinikmati oleh kelompok masyarakat menengah ke atas. Oleh karena itu, mulai tahun ini pemerintah beralih pada sistem subsidi tertutup berbasis data, yang hanya akan diberikan kepada masyarakat berpenghasilan rendah melalui mekanisme digitalisasi.

Namun, keputusan ini menuai beragam reaksi dari masyarakat. Di berbagai kota, sejumlah pengemudi ojek online dan sopir angkutan umum menggelar aksi damai menolak kenaikan harga BBM. Mereka mengkhawatirkan dampak langsung terhadap biaya operasional serta daya beli masyarakat. Sementara itu, para pengamat ekonomi memperingatkan bahwa kebijakan ini berpotensi memicu inflasi jangka pendek, terutama pada sektor transportasi dan bahan pangan.

Pemerintah menjanjikan bahwa akan ada bantuan langsung tunai (BLT) yang disalurkan kepada keluarga penerima manfaat sebagai kompensasi dari kebijakan ini. Selain itu, Presiden juga telah memerintahkan jajaran kementerian terkait untuk mempercepat program kendaraan listrik sebagai solusi jangka panjang dalam mengurangi ketergantungan terhadap BBM.

Dengan dinamika yang berkembang, masyarakat kini menanti langkah konkret pemerintah dalam mengatasi dampak sosial dan ekonomi dari kebijakan ini, serta bagaimana pengawasan distribusi subsidi dapat benar-benar berjalan tepat sasaran.